Abstract | 'Partisipasi dari masyarakat setempat' (local community participation) dan 'pemerataan pendapatan' (equity) merupakan dua prinsip utama dalam pembangunan 'Sustainable Tourism' (kepariwisataan yang mendasar dan berlangsung terus menerus). Bagaimanapun idealnya kedua konsep tersebut, tetapi dalam prakteknya sering menimbulkan beberapa kontradiksi. Dengan melalui studi kasus mengenai timbulnya kepariwisataan di kabupaten Ngadha,Flores, NTT, Indonesia, nilai-nilai praktis dari kedua konsep 'partisipasi masyarakat setempatdan pemerataan pendapatan dibahas dan dipertanyakan. Studi kasus ini menyoroti bagaiamana pariwisata dilihat dari sudut pandang penduduk setempat mempunyai dampak sosial-budaya yang positif. Dengan adanya pariwisata, nilai-nilai tradisi lebih dipelihara dan diperkuat kembali. Dalam hal ini dari bertambahnya rumah rumah adat , dan diperbaikinya Bhaga dan Ngadu, dan juga oleh sebagian anggota masyarakat sistem pelapisan sosial secara adat diterapkan kembali Pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan. Menurut teori pembangunan suatu proyek akan lebih berhasil apabila berdasar pada struktur kekuasaan tradisional. Didalam paper ini tradisi dibahas sebagai kontruksi sosial yang tidak tetap dan dapat dipergunakan. Apabila keberadaan struktur kekuasaan tidak berdasar pada kesamarataan, kesenjangan antara si kaya dan si miskin akan bertambah lebar. Tulisan ini menekankan bahwa diperlukan pengertian yang luas untuk dapat memahami hubungan antara kekuasaan pada tahap lokal dengan suatu cara yang sesuai dengan kebudayaan setempat yang memberikan pemerataan hasil pendapatan dari pembangunan pariwisata. |
---|